Kwatisore, Desa Hujan nan Syahdu

Eksotisme bumi Papua, secara khusus di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Nabire, Papua semakin indah jika Anda mampir di sebuah desa unik nan elok di kawasan ini. Desa itu dinamai Kwatisore. Nama desa itu diambil dari singkatan "Kwatir Sore". Dalam laman travel.detik.com dan brilio.net, “Kwatir Sore” merupakan ungkapan dari penduduk desa yang selama ini senatiasa kuatir jika sore hari menjelang.

Setiap sore, anehnya di seputar desa ini, hujan senantiasa mendera. Maka, penduduk desa sudah puluhan tahun membiasakan diri tidak berpergian pada sore hari karena hujan selalu turun. Masyarakat desa selama bertahun-tahun telah terbiasa hidup dengan curah hujan yang sedemikian, sehingga jika ingin berpergian, mereka akan menghindari berpergian di sore hari.

Desa Kwatisore dikenal masih segar karena tidak banyak kendaraan bermotor memasuki desa ini. Walaupun bukan tipe desa terisolir, namun desa ini tetap mempertahankan nilai tradisionalnya. Sebagian besar bahan penutup rumah di desa ini terbuat dari kayu. Tanaman anggrek pun banyak ditanam di pekarangan rumah. Apalagi anggrek yang ditanam merupakan anggrek hutan yang memang sudah biasa tumbuh di hutan belantara tanah Papua. Selain itu, ada beberapa warganya yang suka memelihara hewan yang terbilang liar, seperti rusa dan buaya muara.

[caption id="attachment_2417" align="aligncenter" width="4096"] Penduduk Desa Kwatisore bersahabat dengan hiu paus. (foto: nomad expedition)[/caption]

Letak desa Kwatisore yang berada di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, membuat penduduk desanya sebagian besar bermata pencarian sebagai nelayan. Dalam laman goodnewsfromindonesia.id, dikatakan, bahkan warga desa Kwatisore bersahabat dengan hiu paus (whale shark). Hal itu, disebabkan populasi hiu paus di Teluk Cendrawasih cukup besar, bahkan terbilang terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa terdapat banyak sekali hiu paus di taman nasional ini.  Masyarakat Kwatisore pun sampai memiliki panggilan khusus kepada para hiu paus ini, yaitu ikan hantu atau dalam bahasa setempat disebut hiniotanibre.

Ikan hiu paus kadang muncul dengan tiba-tiba mendekati kole–kole, sejenis perahu panjang yang digunakan melaut warga desa. Mereka saling menyapa dan begitu akrab. Rasanya, melihat desa Kwatisore selayaknya melihat surga, dimana mereka terbebas dari pencemaran bahkan hiruk pikuk kota yang bising dan keras.

 

Comments

Popular posts from this blog

Mencicipi Sajian Khas Kue Pia Nias

Rasakan Sensasi Masakan Pa’piong Toraja

Keindahan Masjid Cheng Hoo Surabaya