Antara Anyer dan Pattaya

Belum lama ini saya diundang teman-teman untuk reunian di Anyer. Saya langsung bilang iya,  karena sudah hampir dua tahun saya tidak mengunjungi Anyer. Walaupun dekat dengan Jakarta, tempat wisata ini kadang terlupakan.

Anyer terbilang kalah pamor dengan Bali, Gili, Lombok ataupun Belitung. Padahal yang dijual sama, yaitu pemandangan laut dan pantainya.

Setiap kali ke Anyer, saya selalu teringat lagu Antara Anyer dan Jakarta ciptaan Odia Agam yang dinyanyikan oleh Sheila Majid. Lagu ini melambungkan nama Sheila Majid penyanyi asal Malaysia tersebut di blantika musik Indonesia. Dalam perjalanan ke Anyer, saya kembali  mendengarkan lagu ini lewat handphone saya untuk mengingat masa-masa dulu ketika saya sering sekali pergi ke Anyer dan Carita.

[caption id="attachment_1011" align="aligncenter" width="640"] Pantai anyer, foto: BantenWisata.com[/caption]

Vila tempat saya dan teman-teman  menginap ternyata lokasinya bukan di Anyer tapi jauh di ujung wilayah Carita. Sudah menjadi kebiasaan saya setiap kali melakukan perjalanan wisata, saya selalu memperhatikan pemandangan di kiri kanan juga kondisi jalan yang saya lalui. Apalagi daerah-daerah wisata yang sudah pernah saya kunjungi. Saya pasti akan membandingkan dengan saat terakhir saya datang ke sana.

Perjalanan dari Jakarta menuju Serang berlangsung mulus, semulus jalan tol yang saya lalui. Namun setelah keluar dari  komplek Industri Krakatau steel, ternyata tidak banyak yang berubah. Jalan menuju ke Anyer dan Carita tidak bertambah lebar. Masih banyak jalan yang rusak dengan lobang menganga disana sini. Perjalanan menjadi tersendat dan macet karena kendaraan bergerak lambat di jalan-jalan berlobang tersebut. Padahal lalu-lintasnya tidak terlalu sibuk.

Pertumbuhan hotel juga tidak banyak. Hanya ada satu dua hotel yang tampak baru berdiri. Saya memperhatikan lokasi-lokasi wisata juga masih tetap sama. Masih sama seperti dua tahun lalu. Malah masih ada yang sama seperti saat pertama kali saya datang kesini sebelum tahun 2000.

Apa yang kurang dengan Anyer dan Carita sehingga pertumbuhan wisatanya sangat lambat? Padahal tempat ini sangat dekat dengan Jakarta. Hanya berjarak lebih kurang 105 kilometer dari Ibukota negara yang penduduknya mencapai dua belas juta jiwa. Malah kalau digabungkan dengan kota-kota di sekitarnya yaitu Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok yang lebih sering disingkat Jabodetabek bisa mencapai 20 juta jiwa.  Belum lagi penduduk kota-kota yang ada di dekat  Anyer seperti Serang, Cilegon, Merak dan lain-lainnya. Harusnya Anyer dan Carita bisa menjadi tempat wisata yang menjadi tujuan wisata utama, yang dikunjungi jutaan wisatawan dengan kemajuan yang sangat pesat.

[caption id="attachment_1012" align="aligncenter" width="640"] pantai pattaya dari atas, foto: vietlongtravel.com[/caption]

Saya jadi membandingkan Anyer dengan Pattaya. Tempat yang secara geografi hampir sama dengan Anyer dan Carita. Pattaya awalnya hanya kota kecil yang berada di pinggir pantai yang  berjarak 140 kilometer dari Bangkok, Ibukota negara Thailand. Lebih jauh dari jarak Jakarta ke Anyer.

Pada awalnya, wisata andalan Pattaya sama dengan Anyer, yaitu pantai dan laut. Tapi kota ini terus tumbuh dan berkembang dengan pesat. Saya berulang kali datang kesana. Mungkin jumlah kunjungan saya ke Pattaya sama banyaknya dengan jumlah kunjungan saya ke  Anyer. Tapi setiap kali saya liburan ke Pattaya, selalu ada tempat yang baru yang bisa saya kunjungi.  Membuat saya tidak pernah bosan untuk datang kesana. Selain pantai dan laut, mereka terus membangun banyak lokasi wisata baru.

Untuk pencinta musium, mereka membangun beberapa musium yang menarik, seperti musium Believe It Or Not yang berada dalam mal di pusat kota, Musium Teddy Bear, Musium Art in Paradise, Musium Louis Tassaud, Botle Art Musium dan beberapa lainnya. Mereka juga membangun sarana ibadah yang sekaligus menjadi lokasi wisata religi. Seperti Big Buddha dan Budha Mountain  bagi yang beragama budha, Orthodox Christian Church dan St Nikolaus Church untuk yang beragama nasrani, Vihara Anek Kuson Sala untuk Khong Hu Cu dan Darul Ibadah Mosque untuk yang beragama Islam. Semua dibangun sangat indah dengan tujuan menarik wisatawan religi sebanyak-banyaknya.

[caption id="attachment_1013" align="aligncenter" width="740"] pattaya park, foto: Suvarnabhumi Airport[/caption]

Selain Pattaya Beach dan Jomtien Beach dibangun juga destinasi wisata alam terbaru seperti Silver Lake dan perkebunan anggurnya yang berdampingan dengan Budha Mountain, Sriracha Tiger Zoo, Pattaya Park, Cartoon Network Amazone Water Park, Nong nooh Tropical Botanical Garden, juga wisata ke pulau-pulau kecil yang hanya berupa hamparan karang dengan pantai yang tidak terlalu luas namun dengan promosi yang sangat bagus. Jutaan wisatawan mancanegara  berkunjung ke sana setiap tahunnya.

Selain itu mereka juga membuat Pasar Terapung Pattaya, penangkaran buaya, peternakan kambing Pattaya yang dipercantik menjadi lokasi pariwisata. Mereka menyulap pasar tradisional menjadi pasar wisata seperti pasar Lanpho Nakluea dan membangun jalan di sisi pantai yang sangat padat jika dikunjungi malam hari yaitu Beach road. Tentu saja yang sangat terkenal dan menjadi kunjungan wajib wisatawan pada malam hari adalah Walking Street Pattaya. Jalan sepanjang hampir 2 kilometer yang dipenuhi toko, kafe, restoran, bar, dan berbagai permainan yang menarik yang membuat wisatawan betah berlama-lama.

Akses menuju Pattaya pun sangat mudah. Bangkok ke Pattaya terhubung oleh jalan tol yang sangat mulus. Jarak 140 kilometer bisa ditempuh rata-rata hanya satu setengah sampai dua jam, tergantung kecepatan kendaraan. Pilihan transportasi  menuju Pattaya pun banyak. Mulai dari taksi yang bisa membawa 4 penumpang  dengan tarif bervariasi dari 1000 – 1500 bath (setara dengan Rp. 350.000 sampai dengan Rp. 500.000; kurs 1 Bath=Rp350) atau naik bus dari terminal angkutan umum maupun dari Bandara Suvarnhabumi dan Don Mueang dengan tarif 134 bath dan kalau diantar ke hotel menjadi 200 bath (Rp50.000 s.d. Rp70.000 per orang).

[caption id="attachment_1014" align="aligncenter" width="830"] Jalur Cilegon-Anyer Macet Parah, foto: republika[/caption]

Jalan yang sangat mulus dan lebar membuat tranportasi berjalan lancar. Berulang kali saya pergi kesana tidak pernah sekalipun terjadi kemacetan. Bandingkan dengan Anyer yang setiap weekend ketika menuju Anyer atau Minggu ketika kembali ke Jakarta, selalu terjebak macet. Saya pernah menempuh perjalanan dari Anyer ke Jakarta selama 6 jam.  Sangat melelahkan. Mungkin ini juga yang menjadi alasan banyak warga Jakarta dan sekitarnya enggan berlibur ke Anyer dan Carita. Selain macet, tak banyak hal baru yang bisa dinikmati di Anyer dan sekitarnya.

Mungkin Anyer dan Carita harus belajar banyak dari Pattaya. Yang menurut Indeks Destinasi Asia Pasifik  yang dikeluarkan oleh master Card pada tanggal 27 Januari 2016 berada di peringkat kedelapan dari 10 besar tujuan wisata di Asia Pasifik. Pattaya dikunjungi 8,1 juta wisatawan mancanagera. Mengalahkan Bali yang berada di posisi kesembilan dengan dikunjungi oleh 7,2 juta wisatawan. Thailand mendominasi 10 besar tujuan wisata tersebut dengan menempatkan tiga wakilnya. Yaitu di peringkat satu Bangkok (dikunjungi 21,9 juta wisatawan mancanagera) dan Phuket di posisi kelima (9,3 juta wisatawan).

Makin banyak wisatawan yang datang dan makin lama mereka tinggal akan berimbas banyaknya hotel dan restoran yang dibangun oleh para pelaku bisnis pariwisata. Dan tentu saja berimbas pula pada kehidupan masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur Anyer, Carita sampai Tanjung Lesung. Pelaku usaha kecil dan menengah yang memproduksi kerajinan tangan dan cinderamata buatan lokal, pedagang kaki lima, nelayan dan juga pemuda-pemuda serta ibu-ibu rumah tangga bisa ikut mendapatkan penghasilan yang lumayan dan menambah pundi-pundi keluarga. Tentu saja yang paling terasa adalah meningkatnya pendapatan asli daerah dari pajak layaknya Bali dan Pattaya.

Sambil membayangkan hal itu akan segera terwujud dan berandai-andai jalan tol yang mulus dari Jakarta sampai Carita dan Tanjung Lesung (yang menurut cerita sudah direncanakan lama namun tak kunjung menjadi nyata), saya kembali bersenandung. Antara Anyer dan Jakarta.....

Zahrudin Haris, Traveltoday

Comments

Popular posts from this blog

Mencicipi Sajian Khas Kue Pia Nias

Rasakan Sensasi Masakan Pa’piong Toraja

Keindahan Masjid Cheng Hoo Surabaya